Selasa, 22 Mei 2012

Trem Listrik di Jawa. ( Sold )





 
Jaman sekarang yang namanya 'trem', sistem angkutan penumpang jalan diatas rel, menggunakan tenaga listrik maupun tenaga uap, yang menjadi andalan untuk angkutan perkotaan kala itu, sudah tidak ada, walaupun yang mirip ada, misalnya angkutan kereta rel listrik yang digunakan untuk angkutan Jabotabek.
Sebelum Indonesia merdeka, perusahaan2 dibawah kolonial Belanda, membangun angkutan perkotaan diberi nama 'tram' biasa disebut oleh masyarakat dengan 'trem' , baik menggunakan tenaga listrik maupun tenaga uap.
Cerita mengenai trem tertulis pada buku disebelah ini yang berjudul "Trams en Tramlijnen" berbahasa Belanda, dihiasi dengan gambar2 stasiun dan trem di Jakarta dan Surabaya, pada saat awal hingga saat buku ini ditulis.  
Gambar berikut adalah sebagian dari 45 gambar yang menghiasi buku ini.


Disebelah ini gambar trem listrik di Jakarta berlokasi ujung jalan Asemka didekat Stasiun Kota.

Gambar disebelah adalah kereta khusus untuk para pedagang yang membawa barang dagangan dan pikulannya.

Gambar disamping adalah trem jalur 1, di kantor gubernur Surabaya saat itu.

Disamping adalah kereta tram listrik jalur 3 di titik awal, Tunjungan, Surabaya, diambil gambarnya pada Juni 1933.


Terlihat pada gambar samping kereta sedang melewati daerah Tanah Abang Bukit.







Disebelah gambar trem uap, diambil gambarnya pada 30 September 1933 didepan kantor BVM, sebuah perusahaan yang mengoperasikan beberapa jalur trem diantaranya jalur Glodok, Harmoni, Kramat sampai Meester.

Terjual.

Kamis, 01 Maret 2012

Smiling General, tanda tangan asli Soeharto. SOLD

Buku berjudul "The Smiling General" berisi mengenai Presiden kedua Indonesia. Sayang, sarung/jacket nya sudah nggak ada. 

Bukunya sebetulnya biasa, tapi buku ini menjadi istimewa karena buku ini ditandangani (tanda tangan asli) oleh yang bersangkutan, Soeharto, Presiden RI kedua.

Dibawah ini sekedar ilustrasi :
Presiden Soeharto sebagai penerus Presiden Soekarno, sangat memahami dan
melanjutkan keinginan pendahulunya, diantaranya :
- Bung Karno sebagai penggali Pancasila, Soeharto menjabarkan dengan Penataran P4.
- Bung Karno mempersatukan Bangsa/Negara dari Barat sampai ke Timur, Soeharto memperkokoh/mempertahankan keutuhan NKRI.
- Bung Karno belum sempat membangun ekonomi walau sudah ada program
Pembangunan Semesta Berencana, Soeharto meneruskan dengan
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita I sampai VI). 

Buku ini ditulis okleh O.G. Roeder, diterbitkan oleh Gunung Agung Ltd. pada th. 1969.
Kondisi masih utuh dan bagus,
silahkan bagi yang berminat pada buku ini.

Sudah terjual.

Senin, 27 Februari 2012

Masyarakat Tempo Doeloe. SOLD.

 "Soos En Samenleving In Tempo Doeloe", isinya mengenai klub dan masyarakat tempo dulu, jaman Nedelandsch Indie. Banyak gambar tempo dulu yang menarik, diantaranya gambar yang ditampilkan dibawah ini.
Bukunya berukuran 21 x 27 cm, 192 halaman, hardcover, ditulis oleh Hein Buttenweg, diterbitkan oleh N.V. Sevire, Den Haag.
Silahkan bagi yang berminat.

Disebelah ini gedung Concordia Surabaya dibangun pada th. 1843 direnovasi pada 1858. Kemudian hari B.P.M. (perusahaan minyak Belanda) ikut berkantor digedung tersebut.
Ini adalah gambar gedung Hotel Des Indes. Hotel kebanggan Nederlandsch Indie. Gambarnya selalu disertakan pada promo2 pariwisata pada jamannya. 
Disebelah ini gambar gedung Club di kota minyak Balikpapan.
Disamping adalah suasana di Gardu penjaga keamanan sebuah desa di Jawa.
Ini gambar sebuah Gerbang didirikan pada th. 1748, jalan menuju Kasteel Batavia, difoto pada th.1890. Kasteel Batavia sendiri dibangun mulai th. 1619.



Ini adalah gambar gedung yang terkenal bagi kalangan atas pada jamannya, yaitu gedung Harmoni. Walaupun sekarang gedungnya sudah tidak ada, tapi sampai sekarang Harmoni menjadi nama daerah/prapatan di Jakarta.

Sudah terjual


Rabu, 01 Februari 2012

La Rose, 'Ditelan Kenyataan' SOLD

 Bukunya sebetulanya tidak istimewa, tapi buku ini menjadi istimewa karena dihiasi 'tanda tangan' orang2 yang istimewa dibidangnya yaitu La Rose (pengarangnya), HB Jassin (tokoh sastra) dan Mas Agung (penerbit).
'Ditelan Kenyataan', karya La Rose, mendapatkan perhatian khusus oleh HB Jassin, tokoh Sastra Indonesia sering disebut Paus Sastra Indonesia.

 Gambar diatas adalah halaman awal buku tersebut dengan tanda tangan pengarangnya, La Rose dan HB Jassin.
Gambar bawah terlihat foto La Rose dan dihalaman sebelahnya tanda tangan Mas Agung, pemilik 'Toko Buku dan Penerbit Gunung Agung' dengan reputasi yang tidak perlu diragukan pada jaman presiden Soekarno hingga presiden Soeharto.

La Rose, adalah wanita, novelis, kolomnis dan penyiar, dimana beberapa karyanya difilmkan. Beliau mendapat beberapa penghargaan, diantaranya bidang sastra bahkan mendapatkan penghargaan Kalpataru dari Gubernur DKI Jakarta pada th.1988.